Cover

Zombie

sejauh kakimu melangkah
sejauh tanganmu menjamah
sejauh matamu perih memerah
sejauh itu hatimu membantah

hatimu menjauhi jiwa dan ragamu
juga pikiranmu penuh badai ilmu

hatimu tersesat jauh
padahal jiwamu sudah melempar sauh
ragamu juga sudah berpeluh
pikiranmu tersisa separuh

hatimu sudah tumbuh sendiri
dan lebih senang bermain duri

sementara senja sudah beranak badai
hatimu masih membantah dan berandai
mengira mimpi belum usai
dalam kesendirian semu damai

di sini, jiwa raga dan pikiranmu berteduh di bawah pohon jati
di atas daun-daun kering yang bertumpuk mati
menerawang kosong jejak langkah sapi penarik pedati
berharap ada kiriman yang baru, sebuah hati sejati

*Bandung, 10 Desember 2011, merasa mati


Pojok Stasiun

pernah sebagian pojok stasiun ini milik kita
tidak lama, hanya beberapa menit saja
pojok itu, saat itu adalah milik kita
kita punya ingatannya, orang lain tidak, ku rasa

pojok itu ingatan kita tentang tawa
menghirupnya dalam hati dan melekatkan pada jiwa
tidak banyak memang tapi ingatan membentuknya menjadi rawa-rawa
kelak akan kita susuri sambil mendayung waktu dihangat khatulistiwa

tadi pagi pojok stasiun ini dimiliki orang lain
namun ingatan itu meniup-niup seperti angin
mengelus ingatan dan menindih batin
ah .. kamu sudah begitu jauh dengan ingatan yang dingin

*Bandung, 17 Desember 2010, semula memikirkan Stasiun (un) tapi tertarik pada jatuhan rupa-rupa a, wa dan in ..


Bisik Musik

Musik malam ini mengusik
ada banyak bunyi berbisik
membuat kesadaran bangun menelisik
pada sesuatu yang gemerisik
ah, rupanya rindu mulai bersisik

Bandung, 10 Februari 2010 .. 'sik' yang tak asik


Balada Kembang Tebu

kita pernah bermain-main dengan kembang tebu
kala itu kemarau sangat berdebu
dan kebersamaan kita melupakan pangkuan ibu
juga batasan batasan yang kelak kita kenal sebagai tabu

kita juga pernah berkejaran di sepanjang rel lori
saat itu kita ingin pergi ke pasar malam musim giling yang berseri
di sana kita bisa dengan enak menunjuk kesenangan dengan jari
sebuah perayaan akan hadirnya manis gula dari dewi sri

pernah, adalah kata yang ganjil menggelayuti hati
ingin kembali menyusuri masa rasa manis tanpa henti
hanya tidur yang membuat jarak antara manis dan arti
ya kita pernah mengalami manis tanpa harus menanti

kembang tebu ini masih ada meliuk-liuk menggoda
ingatan tentang kita menjadi sesak di dada
dipunggung kita berkilo gula berkilau namun berat bagai gada
turunkan harga!! Teriak manusia muda usia sumbang tanpa nada

gula-gula itu masa kecil indah manis
lori, kembang tebu dan pasar malam gembira tak pernah habis
musim giling masa lalu sudah berakhir dengan tangis
dan sekarang hanya menjadi balada yang tragis dan ironis

*Sukaluyu, 30 Desember 2010. melihat bu, ri, ti, da kemudian is .. is finish


Sedu Sedan Zaman Edan

Rombongan terhormat dalam sedan
membelah kerumunan wajah dengan tangis sedu sedan
sementara beberapa gadis berjalan genit menuju salon untuk dandan
melirik sebentar pada kerumunan yang sudah kesakitan sekujur badan
mobil-mobil keluar dari rumah besar para komandan
menghentikan kerumunan yang mengusung badan terbungkus tikar pandan
ah … pengorbanan di negeri ini tidak pernah sepadan
ah sudahlah … begitulah situasi tiap hari di negeri ini berpadu padan
tak perlu kau memikirkannya sampai edan
yang penting segera antar itu istrimu ke bidan
dan mengistirahatkan badanmu supaya pikiran tak ikut zaman edan …

Mangga, 23 July 2010 22:44, mendapati kenyataan 'dan' dalam irama jaman yang .. sialan!


Terminal Pagi


Kabut dan mata-mata yang terjaga
sudut-sudut gelap dan bau asap berjelaga
roda-roda dan teriakan penjaja barang seribu tiga
botol-botol plastik dan air kusam pemuas dahaga
pikiranku dan dekapan kata-kata rindu sang raja Pujangga
hatiku dan semua rasa tentang fajar jingga
kamu dan kesibukan hati penuh curiga
aku dan kelelahan jiwa raga

Ponorogo, 13 Juni 2010, sebuah terminal dan "ga" yang sedikit aneh ..


Nun ..

nun di pucuk pinus ada riwayat
satu kisah yang menyayat, biru kemudian menghayat
nun di pucuk pinus sepasang mata melayat
pada rombongan yang hatinya tersayat-sayat

ini kisah tentang sejarah hati
yang pelan-pelan terlupakan kemudian mati
dan roh-roh terbang setinggi pinus, diam dan menanti
barangkali arah yang ditunjuk pinus adalah arah yang terberkati

Nun di pucuk pinus ada mata mencari hati
menduga dalamnya tanah ada cacing menggerogoti
Nun di pucuk pinus ada mata penuh daki
ketika cakrawala bergerak mundur kala pikir menggerakan kaki

Nun …

Bandung , 24 Februari 2011 mendapati at-ti-ki (ati iki(?)= hati ini) hmm ...


Membuang Malam

sudah terlalu banyak aku kumpulkan malam
dari episode biasa saja sampai rindu dendam
koleksi malamku telah membuatku tenggelam
ke dalam situasi bernama demam

sudah terlalu banyak aku kumpulkan malam
juga warna hitam
jelaga kata-kata menjadi gumam dalam demam
pelangi hati hanya tampak biru lebam

sudah terlalu banyak aku kumpulkan malam
mencari cinta, semakin dalam menyelam
mencari cinta, semakin asyik menyulam
mencari cinta, semakin kuat mencengkeram

sudah terlalu banyak aku kumpulkan malam
besok aku jual malam yang mencekam
lusa aku berdagang malam yang menikam
bulan depan aku jual stock malam yang diam

sudah terlalu banyak aku kumpulkan malam
beberapa bahkan bukan malam, hanya bekas-bekas malam
atau malah malam bajakan yang seperti piringan diam namun kuat terekam
dan malam bajakan ini berisi rendaman cucian rindu yang gagal teredam

Bandung, 7 Juli 2010 .. Ketika 'am' hampir saja bernuansa seragam

Impressum

Texte: Cover dari http://adoreadored.blogspot.com/
Tag der Veröffentlichung: 13.04.2011

Alle Rechte vorbehalten

Widmung:
untuk semua orang yang suka rima

Nächste Seite
Seite 1 /