Cover

Penjahat Berstatus Legal

font>

“ Mengundang pujian, melihat mereka menggenakan jubah kebanggaanya,
Terlihat menjadi tampan nan gagah berani Wahai Sang Pelindung Nusa,
Dipandang terhormat berprofesi mulia, kerap berdatangan decak kagum,
Seruan hati anak muda bangsa memimpikan sosok jagoan yang dikasihi bumi pertiwi ini”,…

‘ Sebelum tahun macan kali ini, dimana banyak borok dipaksa keluar dari persembunyiaannya,
Terdapat lah istana megah bergelimang harta, dimiliki oleh para tua yang menaku dirinya terpuji,
Para pendosa dari kelas teri hingga kelas kakap, hidup bahagia tentram aman sentosa,
Mereka berkumpul padu dan damai bernafas dengan para ranah hokum,
Bersama jua berpegangan erat menutupi jejaj-jejak di balik topeng keramat mereka.’

“ Mereka lebih monster dari pada kami gembong dari segala gembong,
Pembunuhan kami berakhir di kursi pesakitan, pembunuhan mereka bagai angin terbang tanpa berbekas,
Kami tidak rakus merampok, tapi mereka merampok tanpa memandang bulu,
Obat ilusi kami miliki, kami pakai dan kami jual, setelah itu mereka curi dari kami, dibagikan sesame, dipakai bersama dan sisanya mereka jual kembali,
Kami manusia umpatan masih punya harga diri, sedangkan mereka keras betul memburu kami, mencerca terkadang menyiksa, lalu menyelimuti mengiba pundi kemudian kami bak seorang bayi yang disuapi,
Tangkai-tangkai busuk yang kami tanam, mereka yang menyapunya bersih di jalan, sehingga tiada yang sadar apa yang tlah tumbuh dari benih kami.”

“ Kami lah para penguasa dari segala bentuk yang mampu dikuasai.”
“ Kami lah para pemimpin Negeri, membangun sekaligus menghacurkan.”
“ Kami lah para raja-raja dari segala raja, dan mereka tunduk patuh pada kami.”
“ Kami lah para pengisi perut-perut kelaparan, mereka tersuapi lebar kekenyangan.”
“ Kami lah para belut-belut licin terbebas buih,, karena mereka takut diceraikan surge duniawi.”
“ kami lah jelas para pengacau dengan satu julukan “ Penjahat”.”
“ Mereka lah jelas para penegak hokum dan satu sebutan multifungsi,
‘Bermain bersama penjahat serta menghapus dosa penjahat, dengan sampingan melakukan kejahatan di balik seragam kebesaran’
Karena beban di pundak di kalahkan oleh peluang status. Itu lah Penjahat Berstatus Legal.”

‘Kini Tahun Macan 2010,
Satu persatu penghuni istana pergi meninggalkan istana dan mencoba mengahapus dosanya sendiri di negeri seberang, sedangkan para legal itu, kesatuan mereka hamper ambruk mendekati tanah karena keboborokan mereka dan satu per sati diminta pertanggung jawaban. Dosa kami para penjahat memang lah besar, tapi perbuatan mereka lebi bejat dari pada kami. Dan kami belum melihat hukuman yang pantas buat kebejatan moral mereka sebagai abdi negari nusantara ini. Terkadang dosa mereka jauh lebih besar dari pada penjahat2 negeri ini.’


Umpatan-umpatan 27 Mei 2010



Aku bosan menggunung menulis dan membaca tentang cinta.
Berputar di sekitar itu saja. Cinta. Cinta.cinta,…sudah habiskah ide selain cinta?
Aku berkecamuk tak bersudahan di suruh menanti pernikahan sakral.
Biarlah aku sendiri di ruang kebahagiaan ku yang banyak memberi renungan.
Aku benci mampus terhadap PLAGIAT.
Apalagi plagiat ide, sudah terkuraskah anda dalam berimajinasi dan berkreasi?
Aku terheran burja melihat anak-anak tk dan sd, tidak bisa berbahasa Indonesia.
Mereka menjadi pintar. Orang tua atau guru yang menjadi bodoh lupa mendidik akan Indonesia.
Aku jijik terlalu jijik terhadap film Indonesia bertema kacangan.
Apakah lebih mudah menjual seks dari pada hal lainnya yang banyak bermanfaat?
Aku tak habis-habisnya bertanya” Mengapa teroris tiada habisnya dan semakin tumbuh?”
Benih-benih apa yang tlah tertancap di benak mereka. Apa mereka harus diajarkan lagi yang di larang dan diperbolehkan oleh Tuhan?
Aku terkesan meluap kan kisah cinta ‘Ainun dan B.J. Habibie’.
Generasi muda sekarang tuk bertahan 5 tahun saja itu sudah bagus. Bah. Ada apa gerangan kisah cinta anak muda masa kini?
Aku teriris-iris pilu melihat pemandangan kemiskinan negeri ini.
Negeri ini kaya raya, tapi mengapa mereka miskin di atas kekayaan tanahnya. Apa mereka sengaja di miskinkan?
Aku teramat cinta Indonesiaku yang tersungguh indah nun cantik.
Suatu pemerintahan yang tolol membiarkan pihak asing mengelola dan memberi mereka hak penuh terhadap wisata Indonesia. Keliling Eropa pun aku sekarang enggan, lebih baik melirik bumi pertiwi ini.
Aku geram bukan main pada koruptor dan penegak hukumnya.
Tidak sadar kah mereka membuat nusantara perlahan keropos menjadi kering. Aku tak mau negeri ini miskin di masa datang karena ulah mereka.
Aku gemas mendengar band-band baru , semua memainkan jenis music melayu.
Oh sungguh kasian kalian, telah diperbudak producer yang berpikir keras music komersil. Seni music itu bukan hanya sekedar mengumpulkan pundi-pundi, oleh karena itu belajar lah tentang seni bernilai tinggi sesungguhnya, anak muda!
Aku terbuka terang menderang akan sang malam, aku terlelap terkulai lemas akan sang siang.
Tapi bidadari pun tak tampak di malam ku, mau dibawa kemana jiwa-jiwa ku melayang? Yang aku tahu, aku masih berpijak dalam satu cita ku.
Aku kesal pada seorang temanku yang mendewakan dirinya.
Huh, aku sudah tidak mengenalnya lagi, semakin hari dia semakin jauh dari jangkauan ku.
Aku resah menanti hujan berhenti. Aku bisa kehilangan “ Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
Untungnya aku masih bisa diberi kesempatan untuk menikmati film itu. Film yang di buat apik dengan ide-ide super ditunjang artis-artis yang berkarakter memainkan peran yang besar hingga peran yang kecil. Suatu film yang cukup lucu menghibur akan tema negeri ini yang lucu. Ya lucu karena buta atau pura-pura buta pemerintahnya tidak melihat ketimpangan-ketimpangan yang terjadi. Bagaimana pun film ini telah membuatku tersenyum dan lupa akan umpatan-umpatan hatiku di hari ini.


Bongkar Saja Aku



Televisi



Jangan tutup telingamu ketika ku mengudara.
Kenapa? Kau tidak suka aku banyak bicara?
Matikan volume, bagaimana jika hanya melihat rekaman gambarku?
Perang, aku ingin lihat reaksimu.
Tergugah? Bersedih? Marah? Miris? Atau sekedar lewat saja?
Bencana! Mau yang mana milik Alam atau kesalahan manusia?
Aku tahu jawabannya, tidak ada satupun yang kau pilih, bukan?
Apalagi harus membelok ketika sumber ketidakpedulian menghujani dirimu..
Uang…Ekonomi itu uang, benar begitu?
Mereka itu berasal dari kertas dan logam, tapi dasyat menggoyang dirimu.
Logam terasa ringan, terkadang berat. Kertas terasa halus terkadang kasar.
Biar diutak-atik warna dan gambarnya, tetap saja dia jantung dirimu.
Kisah cinta..Puih!..Pasti ini yang paling kau suka.
Aku punya banyak. Perceraian? Pernikahan? Perselingkuhan? Roman baru oleh nama pesohor? Perebutan asmara? Cinta yang tak dimiliki?
Terserah padamu memilih bahasa yang akan aku pakai. Gaya bahasaku lengkap!
Kosakata? Sangat lengkap, kawan. Tapi kau kan hanya ingin melihatku tanpa suara.
Ayo..Mau lihat gambar apalagi dariku? Kenapa kau hanya diam? Loh koq kau melempar remoute ke mukaku. Plak! Kau tampar aku dengan tanganmu. Mengapa? Kau benci aku menayangkan peristiwa yang tidak ingin kau lihat dan kau dengar, hah!
Bongkar aku! Bongkar saja aku. Matikan aku! Asal kau puas.

Rumah



Kalian semua bersembunyi berlindung di satu atap.
Sudah tertidur pulas bersamaku, bukan? Sekarang aku ingin asyik sendiri.
Aku gerah dengan kebisingan suara-suara kalian melalui dinding-dinding ini.
Dinding-dindingku akan rontok mendengarkan keributan kalian.
Aku tak tahan kau memaksa aku tuk dijadikan rumah baru bagi pasangan yang belum terpasang. Lihat saja listrikku juga tidak akan terpasang.
Aku tak suka kalian bergunjing di ruang tamu dengan tamu-tamu yang super itu. Kursi, keraskan saja tubuhmu, biar mereka lekas pergi.
Aku pusing mendengar ocehan-ocehan harta dan kekuasan kalian di setiap ruangku. Kamar, tidrukan saja mereka, agar mulut mereka terkunci rapat. Setan-setan di tanahku, beri mereka mimpi buruk, seperti aku yang bermimpi buruk akan mereka.
Aku heran selalu saja kalian tidak puas akan makanan.
Dapur, mengapa tidak kau bakar saja dirimu, biar mereka tidak bisa memasak lagi dengan rasa yang selalu dibilang hambar. Padahal mereka sendiri yang memasak.
Jendela, ayo sesering mungkin kerjasama dengan matahari. Aku ingin mereka cepat pergi karena tidak tahan sinar matahari. Jendela, kau juga harus bekerja sama dengan udara dingin, biar mereka keluar lagi dariku mencari kehangatan di luar sana.
Aku muak. Aku capai. Aku bosan. Aku ingin sendiri. Ohh benar memang kalian pemiliknya, tapi aku sedang ingin egois.
Kalian protes? Kalau begitu, BOngkar aku. Bongkar saja aku. Rubuhkan aku. Tapi ganti penghuni baru, yah!
*****
Bongkar!! Bongkar saja aku. Bongkarrr apa saja yang kalian suka. Karena aku dan lainnya tidak sudah perduli, hingga kalian peduli dengan kami.
Mobil, bongkar saja mesinnya. Atau kau ingin ceburkan dia ke laut?
Pagar, bongkar saja. Tabrakan saja dia, kau tidak mau dijaga lagi olehnya, bukan?
Halaman, bongkar saja. Bongkar semua tanaman dan pot-potnya. Ganti yang baru!
Apalagi? Sebutkan manalagi yang ingin kau bongkar.
Bongkar. Bongkar saja aku! Aku yang kalian miliki dan sedang jengah dengan aku.


Impressum

Tag der Veröffentlichung: 04.04.2011

Alle Rechte vorbehalten

Widmung:
Ditulis ketika kemarahan itu meledak. Ya, meledak bagai bom yang menyembur ke tubuh-tubuh tak berdosa.. Sebentar...Sebentar..Anjritt!! Hah, bahasa slengaan itu keluar..Biarin! Aku naik pitam.. Karena aku tak bisa berhenti melepaskannya.. Aku tak Berdaya.. Bagai raga-raga rentah yang sebentar lagi menanti kematian... Mungkin aku sudah mati.. Entah kapan aku mati.. bisa juga aku masih hidup.. Tapi dimana nafasku... Siapa yang mencuri paru-paruku... Hei Pencuri, kembalikan alat pernafasanku...Cepat kembalikan!!

Nächste Seite
Seite 1 /