L u g u
Kawan,
Lugu bukanlah kelemahan
Lugu bukanlah kekuatan
Lugu bukanlah kerugian
Lugu bukanlah keuntungan
Tapi Lugu adalah suatu ketegasan sikap
Kawan,
Lugu membuatmu tertawa
Lugu membuatmu menangis
Lugu membuatmu bahagia
Lugu membuatmu sedih
Karena Lugu adalah suatu ketegasan sifat
Kawan,
Lugu hanyalah sebuah kata
Lugu hanyalah sebutan
Lugu hanyalah keseharian
Lugu hanyalah kesederhanaan
Tapi tahukah ? Lugu merupakan keharmonisan
Kawan,
Lugu itu kealamian
Lugu itu keseimbangan
Lugu itu kesetaraan
Lugu itu keindahan
Karena Lugu itu membuat Tuhan tersenyum dan tertawa
Tersadar
Alam bawah sadarku bergerak
Alam bawah sadarku bergejolak
Alam bawah sadarku berontak
Alam bawah sadarku berteriak
Hai alam pikir, segeralah bekerja
Hai alam pikir, segeralah berputar
Hai alam pikir, segeralah berbuat
Hai alam pikir, segeralah bertindak
Hari berganti hari
Memori itu hampir meredup
Tahun berganti tahun
Nostalgia itu seakan hilang
Telah datang Dia
Dengan suatu perubahan
Perubahan yang mencengangkan
Mengingatkan kita akan masa lalu
Gelap dalam kegembiraan
Terang dalam kesedihan
Tampak malam diisi dengan kembang api
Tampak siang diisi dengan keniscayaan lampu
Gejolak hati anak kecil
Gembira mendapatkan mainan
Gejolak pikir anak remaja
Haru biru dalam keasmaraan
Semu dan nyata menjadi satu
Hati dan pikir melebur
Air dan api berbaur
Laut dan daratan tak berbatas
Dia menghampiri, pikiranku terus menahan
Dia telah dekat, hatiku hanya untuk ilahi
Inilah saatnya untuk kembali keharibaanMu
Menunjukkan auman sejati ciptaan yang paling mulia
Opera Kebingungan
Bingung……… Apanya
Mengapa harus ditanyakan
Mengapa tidak dirasakan
Mengapa tidak diresapi
Dimana hati nuranimu
Dimana kecerdasan berpikirmu
Dimana ujung pangkalnya
Dimana letak kebenarannya
Dia bingung
Kamu bingung
Mereka bingung
Kalian bingung
Tapi aku tidak
Mengapa harus bingung
Mengapa tidak dipertanyakan
Mengapa masa bodo
Bukan…bukan….bukan begitu
Tidak….tidak….tidak seperti itu
No….No…No…jawabanku
Kutahu sebenarnya sikapku
Pertunjukkan siap dimulai
Fragmen awal telah dibuka
Sandiwara tengah dipertontonkan
Alur cerita tampak mengalir
Bingung…bingung…bingung
Pemain-pemain bukan berlakon
Tahapan cerita loncat-loncat
Dikatakan cerita misteri
Stop aksi bingungmu
Ini nyata bukan misteri
Biarkan cerita berlanjut
Tanpa pengaruh oleh anasir dari luar
Tertawalah dirimu
Tersenyumlah melihatnya
Terkesimalah akan aksi permainannya
Toh akan berhenti juga
Jangan…jangan…jangan bingung
Jangan…jangan…jangan menduga-duga
Jangan…jangan…jangan marah-marah dan mencaci maki
Jangan…jangan…jangan reaktif berlebihan
Jadilah penonton yang menyenangkan
Jadilah penonton yang elegan
Jadilah penonton yang cerdas
Jadilah penonton yang baik
Karena sutradaranya memang bodoh
Bangkit
Gelap malam menyelimuti
Suasana kebatinanku bergejolak
Merasakan datangnya bayangan
Bayangan diri yang melekat
Hari ini kuterdiam
Tak ada yang dapat kulakukan
Sepi dalam keheningan
Penuh dengan pancaran aura
Sunyi dalam ketenangan
Tak ada yang kudengar
Hampa tanpa rasa
Hilang tanpa jejak
Ohhhh rasa takut berbicara
Gugup dan bergetar jiwa ini
Tak sanggup tuk menghadap
Panggilan keabadiaan
Tuhan, ku hanya bisa menunduk
Tak sanggup ku menengadah
Menatap sinar Mu
Lewat tangan-tangan keghaiban
Saat itu akan tiba
Menghampiri jiwa-jiwa yang tenang
RengkuhanMu terasa nikmat
Tanpa sadar ku di hadapanMu
Damai qolbu yang tersentuh
Gelombang kasih menyelinap
Merasuki setiap jengkal tubuh ini
Membangkitkan kekuasaanMu
Nuansa tenteram kunikmati
Angin sejuk mengelus perasaan
Kau buktikan keberadaanMu
Saatnya batin suci memimpin
Hai jiwa-jiwa yang tertidur
Bangunlah dan bangkitkan gelora kebenaran
Tunjukkan Keberanian sikap
Karena SurgaNya telah terbuka
Meluap
Kuterdiam, kuterduduk, kutermenung
Hujan mulai menunjukkan giginya
Air terus menerus menyirami bumi
Tanpa sadar kelembaban menyentuhku
Tak ada lagi alasan untuk menolaknya
Sebuah rahmat yang Tuhan berikan
Memberi arti saatnya untuk bersikap
Arah mana yang akan dituju
Aliran itu terus bersorak
Menandakan adanya pemufakatan
Diterima atau tidak sudah menjadi kuasaNya
Berdiri menyaksikan kebesaran hikmah
Kutahu saatnya datang
Kekuatan alam yang bergelora
Menyemangati semua yang mengelilinginya
Pertunjukkan akan segera dimulai
Tepuk tangan alam terdengar riuh rendah
Menggema dengan kerasnya
Bersahut-sahutan di setiap waktu
Suara pilu berdendang di mana-mana
Turun Tangan
Suara guntur menggetar kemana-mana
Bersahutan dalam satu aba-aba
Awan kelam disinari kilat yang menyala-nyala
Suasana mencekam terus membahana
Hitam kelam menyelimuti bumi persada
Petir memberikan tanda kegalauan jiwa
Alam bergetar menerima sahutannya
Tanda-tanda itu datang menghadap
Makhluk bumi tetap bergerak dalam naungan kebejatan
Berbuat dalam kenikmatan yang menyesatkan
Bersorak sorai dengan kesombongan
Semuanya seolah-olah dapat dikendalikan
Sungguh sudah hilangnya kehormatan
Hiraukan semua penghargaan
Kekayaan diri adalah kebanggaan
Kekuasaan adalah penguasa alam semesta
Cukup dan cukup sudah
Tak perlu lagi banyak berbicara
Semuanya telah tuli
Tak mampu untuk melihat kebersahajaan
Penguasa itu telah datang
Diiringi gejolak alam keilahian
Derap langkah pengikutnya makin terdengar nyata
Siap sedia dengan gagahnya
Ku tak menerima
Ku tak sudi
Ku tak ridho
Kerajaanku dipermainkan
Ku marah
Ku geram
Ku mengutuk
Bawahku menderita, atasku berpesta pora
Inilah saatnya bergerak
Tindakan mendahului
Sekelebat dalam bekerja
Memusnahkan kezaliman dunia
==================================================================
Engké jaga, mun tengah peuting, ti gunung Halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu dék kawin di Lebak Cawéné. Ulah sina talangké, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak! Tapi ulah ngalieuk ka tukang!
<<font;14pt>Tujuh Satu Tujuh Dua
Tujuh satu tujuh dua
Menyatu dalam hati
Suara makin menyalak
Tak ada yang dapat menolak
Tatapan mata memberikan arti
Tujuh malam kumenanti
Satu tujuan mengikat batin
Tak ada kata untuk menyerah
Deru ombak menggelegarkan bumi
Bersatu padu dalam satu irama
Gelombang turut mengalun
Menyatakan apa yang ada di hati
Saatnya untuk bergerak
Menggapai apa yang dicari
Derap langkah dalam iringan
Membangkitkan kekuatan sejati
Dua dalam satu
Satu dalam tujuan
Perintahpun telah diucapkan
Mewujudkan pemimpin sejati
Wanita Penutup Aurat
Kubenci kau memakainya
Kubenci kau menutupinya
Kubenci kau menghindarinya
Kubenci kau melindunginya
Berhari-hari ku merasa muak
Berminggu-minggu ku mencibirmu
Berbulan-bulan ku menatapmu
Bertahun-tahun ku memperhatikanmu
Sungguh salah ku menilai
Kuanggap dirimu hanya coba-coba
Tak kusangka kau teguh
Mempertahankan sebuah kesucian
Kau telah membuatku terpukau
Sosok cahaya memancar dalam dirimu
Menyilaukan pandanganku
Apakah itu pancaran ilahi ?
Naif …. apakah ini sebuah kenaifan ?
Aura pasifku berubah menjadi aktif
Memang kau sungguh atraktif
Bathinku mulai sensitif
Apakah ku telah jatuh hati ?
Ya, tertambatlah hati ini atas penampilanmu
Ya, terpesonalah hati ini atas pandanganmu
Ya, terdiamlah hati ini atas aura wajahmu
Ku mengagumimu, duhai kekasih Allah
Ku memujamu. oh kekasih Allah
Ku mencintaimu, wahai kekasih Allah
Ku menyayangimu, hai kekasih Allah
Aura ilahi di wajahmu membuat hatiku tenang dan damai
Sayang
Laksana langit runtuh menimpaku
Laksana angin puyuh menghempasku
Laksana badai menerjangku
Laksana kilat menyambarku
Tak tahu harus berkata apa
Sungguh manis senyummu
Menentramkan semua makhluk di sekitar
Dalam kenikmatan abadi
Wajahmu telah mengatakan
Sebuah keindahan alam semesta
Layak untuk disyukuri
Dalam kebesaran ilahi
Dik, kau memang cantik
Bagaikan Dewi dari kahyangan
Lemah lembut sikapmu
Arjuna pun kagum dan menunggumu
Aku Bukan Orang Baik
Aku bukan orang baik,
banyak kesalahan yang diperbuat
banyak janji yang diingkari
banyak omongan yang tidak dijaga
banyak amanah yang belum dipenuhi
Aku bukan orang baik,
banyak dosa yang dilakukan
banyak kebenaran yang dihilangkan
banyak kebohongan yang dikatakan
banyak kesombongan yang dipertunjukkan
Aku bukan orang baik,
banyak keserakahan yang diperjuangkan
banyak nafsu yang diumbarkan
banyak pembenaran yang dipertahankan
banyak kesucian yang dikotori
Aku bukan orang baik,
jangan percaya apa yang dikatakan
jangan meyakini apa yang diajarkan
jangan mengagungkan apa yang ditampilkan
jangan memuji apa yang dihasilkan
Aku hanya manusia biasa yang tak pantas dikatakan baik
Aku hanya makhluk hidup yang tak mengerti arti kehidupan
Aku hanya bangkai hidup yang tak layak didekati
Aku hanya ciptaan yang tak menyadari untuk apa diciptakan
Aku bukan orang baik…aku bukan orang baik… dan aku bukan orang baik
Kekuatanku adalah kelemahan
Keyakinanku adalah kebimbangan
Keilmuanku adalah kebodohan
Keimananku adalah kesirikan
Sahabat, Aku bukan teman yang baik
Guru, Aku bukan murid yang baik
Ibu-bapak, Aku bukan anak yang baik
Allah, Aku bukan manusia yang baik
Sahabat, guru, ibu-bapak maafkan diriku
Aku bahagia, kalianlah menjadikan diriku baik
Bila saat itu tiba, janganlah tangisi diriku
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku kepadaMu
" Disini "
Langkah kaki terus bergerak.
Hentakan hitungan terdengar di telinga.
Mengabaikan semua yang terlihat.
Pandangan tertuju pada satu.
Bulan oh bulan itu menampakkan sepertiganya.
Redup dalam kesunyian.
Sendiri tanpa kesan.
Tak ada yang memperhatikan.
Hidup makin suram.
Tak ada harapan di depan.
Tapi keyakinan itu pasti ada.
Benar salah saling berperang.
Tak ada yang menang.
Tak ada yang kalah.
Qolbu yang menentukan.
Terus atau terdiam.
Kegalauan dalam berpikir.
Kearifan hati menyiramkan diri.
Kosong tanpa kejelasan.
Isi tanpa kekuatiran.
Ujung pangkal telah diberitakan.
Membaca dalam bayangan.
Menemukan kesejatian.
Memahami awal dan menerima akhir.
Sir, sifat, wujud, zat dan rahmatNya mengiringi diri
Ada tapi tak berasa.
Berasa tapi tak ada
Memabukkan fana, menyehatkan keabadian
Surga dan neraka ada “di sini”
Itulah Engkau
Duduk merenung dalam kesunyian malam.
Refleksi diri dalam alam keniscayaan.
Terlihat seorang wanita dengan wajah polos tertidur di peraduannya.
Biru pakaiannya dan celana pendek hitam menemani mimpi pada malam yang tenang.
kenikmatan mimpi melupakan semua yang ada di sekitar.
Tersenyum hati melihatnya dalam gejolak lahir dan batin.
Kesana kemari dalam kenyamanan yang melelapkan.
Selintas cahaya kehidupan keluar dari benaknya.
Bagian dari mimpi tidurnya ?
Bukan, itu benar-benar sinar kesejatian diri.
Penampilan kesejatian yang nyata dan mengagumkan.
Apa ? Kau Siapa ?
Terdengar sayup-sayup suara lembut seorang wanita.
Lama tidak terdengar, baru kali ini mendengar suara itu.
HARUM PUSPITA SARI, nama yang indah.
Melegakan napas semua yang ada di sekitarnya.
Memberikan kedamaian cinta dan kasih sayang.
Teringat akan sebuah nama seorang Puteri.
Puteri Kencana Wungu. Ya itulah engkau.
Wanita cantik, manis, dan lembut tetapi pemberani
Cantik
Cantik bukanlah rambut
Cantik bukanlah wajah
Cantik bukanlah buah dada
Cantik bukanlah pinggang
Cantik bukanlah pinggul
Cantik bukanlah kaki
Tetapi cantik adalah utuh
Perpaduan alami yang saling mengisi.
Mengisi dalam penderitaan dan kebahagiaan.
Membentuk aliansi yang harmonis
Kekuatan dan kelemahan tampak semu.
Hitam dan putih tidak kasat dalam penilaian yang pasti.
Cantik adalah rasa dan perasaan.
Rasa dalam batin yang suci dalam menemukan keterikatan yang abadi
Perasaan yang menyadari adanya kerinduan dan keinginan
Menggerakkan akal bekerja dalam logika keilahian
Memicu hati untuk menyatakan hasrat kepedulian
Cantik… apa itu cantik ?
Kutersadar dalam mimpiku. Tak mampu menjawab arti kecantikan. Aku hanya bisa menikmati. Semuanya serba relatif dan kubiarkan nafsu berbicara dengan gencarnya.
Tetapi aku sadar dan mengerti apa batasan cantik. Tolak ukur yang masih dibatasi oleh aturan Rabb. Manusia hanya bisa merasakan dan menjaganya. Bagaikan indah perhiasan yang tiada nilai harganya. Bagaikan kehormatan diri yang pantang untuk direndahkan.
Kau memang cantik. Terima kasih Tuhan kau telah menciptakannya. Membuatku mengerti mengapa Kau menghijabnya. Bagaikan nafsu dan setan bernaung di dalam lingkungan hampa. Tak mampu bergerak kecuali KehendakMu.
Ya Allah, Engkau Maha Baik. Kecantikan itu bagaikan ikatan kuat diantara jiwa dan raga, susah dan senang, sedih dan gembira, miskin dan kaya, siang dan malam, hidup dan mati. Cantik, kau memang cantik. Maukah dia ?
Unjuk Gigi
suaranya menggelegar kemana-mana
mengeluarkan sinar yang menggelora
menyambar kesana kemari mencari dilusi kesatuan
terhempas kemarahan diri
kilat itu menunjukkan kegagahannya
berani merentang dan merentas kegundahan
tumpah ruah rasa marah
mengingatkan manusia akan datangnya azab
air itu turun terus menerus
tanpa henti untuk menahan
inilah aku katanya tenang
kekuatan yang disepelekan
sambar dan sambar terus
jangan berhenti
sampai datangnya kesadaran akan kelemahan
biarkan cambuk-cambuk cahayamu di sebatkan kemana-mana
bagaikan algojo menjalankan perintah
menuntaskan apa yang belum tertuntaskan
Oh Nindy
Percumbuan rasa bukanlah satu cara untuk mempersatukan ikatan
Ikatan yang terbentuk dari pengertian adanya kekurangan dan kelebihan
Mengerti dan dimengerti bukanlah ungkapan yang mudah dilaksanakan
Kebesaran jiwa untuk melupakan masa lalu dan menatap masa depan
Takdir penyatuan tlah hadir
Sorotan mata kehidupan harus dipertegas
Bukan hanya fatamorgana yang menggiurkan
Kepuasaan kasat mata tanpa rekayasa meyakinkan sikap
Satu titik yang tak tergoyahkan
Tujuan kepastian untuk merentangkan keinginan
Niat penyatuan yang tulus
Mengakui kesamaan rasa dan diri untuk saling bersinergi
Tag der Veröffentlichung: 14.04.2011
Alle Rechte vorbehalten